selamat datang di Indonesia, negeri tercantik sejagat raya. lihatlah keindahan, budaya, insan, kuliner, wisata, keunikan dan apa saja tentang Indonesia

Rabu, 25 Mei 2011

Nyangku Panjalu, Upacara Adat Membersihkan Pusaka Di Ciamis Jawa Barat

Upacara adat Nyangku di Kecamatan Panjalu Ciamis Jawa Barat adalah salah satu upacara adat memandikan benda-benda pusaka peninggalan kerajaan panjalu yang dilaksanakan setahun sekali tepatnya pada bulan maulud tahun hijriah.Masyarakat panjalu sangat antusias dalam mengikuti proses upacara adat ini, mereka percaya bahwa air pencucian keramat mampu menyembuhan berbagai penyakit dan membawa berkah buat kehidupan.



Upacara ini berlangsung selama tiga hari tiga malam berturut-turut, selain memandikan benda-benda pusaka, selama acara upacara nyangku juga ditampilkan berbagai kesenian-kesenian tradisional, dan pasar tradisional.

Upacara adat tradisional ini merupakanwarisan leluhur keturunan Panjalu, yang diamanatkan oleh Prabu Sanghyang  Borosngora, raja Panjalu Islam pertama yang menyebarkan agama Islam.  “Nyangku” berasal dari bahasa Arab “Yanko”, yang artinya  membersihkan benda-benda pusaka keturunan Panjalu, dan lambang hubungan emosional antar sesama keturunan Panjalu, hubungan antar manusia serta kesadaran sesama keturunan Nabi Adam. Upacara diselenggarakan sebagai pernyataan rasa syukur atas perjuangan untuk melaksanakan amanat Panjalu dalam menjaga kelestarian nilai sejarahnya yang menarik adalah pakaian para peserta upacara yang membawa benda pusaka dengan cara khas yaitu seperti membawa mayat anak kecil (diais). Mereka beriringan dari Bumi Alit menyebrangi Situ Lengkong menuju Nusa Gede. Setelah berdoa di makam leluhur Panjalu kembali menyebrangi situ dan berakhir di halaman kantor Kecamatan Panjalu, benda-benda pusaka tersebut dicuci, upacara ini disertai dengan kesenian gemyung dilanjutkan dengan kesenian debus, kesenian pencak silat.








Ritual ini dimulai saat rombongan masyarakat Panjalu, Kabupaten Ciamis, berjalan kaki menuju Situ Lengkong yang berjarak sekitar 1 kilometer dari Alun-alun Kecamatan Panjalu. Dipimpin sesepuh warga Panjalu, Atong Tjakradinata, rombongan itu membawa serta ribuan benda pusaka peninggalan leluhur masyarakat Panjalu, Prabu Sanghiang Borosngora. Borosngora dipercaya sebagai penyebar agama Islam pertama di wilayah Panjalu. Pusaka dibungkus kain dan digendong bak menggendong seorang bayi. Seni gembyung yang dimainkan sejumlah warga mengiringi perjalanan rombongan. Salah satu pusaka ialah pedang pemberian Sayyidina Ali, sahabat Nabi Muhammad SAW. Pedang itu diberikan saat Borosngora ke Mekkah. Rombongan pembawa pusaka yang berziarah ke makam Hariang Kencana, putra Prabu Sanghiang Borosngora, di Pulau Nusa Gede yang berada di tengah Situ Lengkong.

Kegiatan itu dilakukan setahun sekali pada Senin atau Kamis terakhir bulan Maulud, dan dinamai upacara adat nyangku. Upacara nyangku di Ciamis mirip dengan upacara panjang jimat di Cirebon. Pada upacara ini pusaka dibawa serta dalam ziarah ke makam leluhur Panjalu di Nusa Gede atau Nusalarang, sebuah pulau di tengah situ yang masih ditumbuhi vegetasi hutan primer yang dibiarkan berkembang alami.

Untuk menuju Nusa Gede rombongan menaiki perahu yang diiringi gembyung, sejenis kesenian rebana. Yang diperbolehkan sebagai pembawa pusaka hanyalah kaum pria keturunan Prabu Borosngora. Mereka pula yang berhak masuk ke bangunan makam. Usai berziarah rombongan kemudian berkumpul di alun-alun kecamatan. Ribuan pasang mata sejak pagi sudah menanti kedatangan iring-iringan pusaka di alun-alun. Mereka dengan sabar menunggu prosesi pencucian pusaka berlangsung.




Di alun-alun itulah sejumlah pusaka peninggalan leluhur Panjalu dan pusaka milik masyarakat yang dititipkan diperlihatkan dan dicuci di depan masyarakat. Selain dicuci, pembungkus pusaka pun diganti. Pencucian pusaka tersebut harus selesai pada tengah hari. Selepas itu, pusaka dibawa lagi ke Bumi Alit untuk disimpan. Pencucian dilakukan sesuai pesan Borosngora kepada keturunannya. Katanya, jika mereka ingin melihat dirinya, tidak perlu mencari di mana di berada, tetapi hanya dengan melihat benda pusaka peninggalannya.Sesepuh Panjalu, Atong Tjakradinata, yang juga Ketua Yayasan Borosngora, mengatakan, "Nyangku berasal dari bahasa Arab yaitu yanko, berarti membersihkan. Yang dibersihkan pada upacara itu ialah pusaka Prabu Borosngora pemberian Sayyidina Ali, sahabat Nabi Muhammad SAW. Alangkah baiknya jika orang Panjalu membersihkan pula jiwanya."

Edi Hernawan, putra Atong, mengatakan, nyangku telah menjadi momentum menyambung kembali tali kekeluargaan masyarakat Panjalu. Pada saat nyangku masyarakat Panjalu yang telah tersebar di mana pun pasti datang. Bahkan, kegiatan tersebut telah menjadi momentum silaturahim sesama warga Panjalu selain saat Idul Fitri dan Idul Adha. Selama ini nyangku dilakukan sehari. Namun, mulai tahun 2009, kegiatan itu akan dilakukan lima hari berturut-turut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar