selamat datang di Indonesia, negeri tercantik sejagat raya. lihatlah keindahan, budaya, insan, kuliner, wisata, keunikan dan apa saja tentang Indonesia

Minggu, 29 Mei 2011

Tradisi Tabuik Di Pariaman, Sumatera Barat

Tabuik adalah suatu tradisi turun temurun masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatera Barat, khususnya di Kota Pariaman, yaitu dalam rangka memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain (cucu nabi Muhammad SAW). Tabuik berasal dari kata 'tabut' (bahasa Arab yang artinya mengarak) digelar pada Hari Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram dalam kalender Islam. Konon, Tabuik dibawa oleh penganut Syiah dari timur tengah ke Pariaman, sebagai peringatan perang Karbala. Upacara ini juga sebagai simbol dan bentuk ekspresi rasa duka yang mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhadap cucu Nabi Muhammad SAW itu. Karena kemeriahan dan keunikan dalam setiap pagelarannya, Pemda setempat pun kemudian memasukkan upacara Tabuik dalam agenda wisata Sumatera Barat dan digelar setiap tahun.


Dua minggu menjelang pelaksanaan upacara Tabuik, warga Pariaman sudah sibuk melakukan berbagai persiapan. Mereka membuat serta aneka penganan, kue-kue khas dan Tabuik. Dalam masa ini, ada pula warga yang menjalankan ritual khusus, yakni puasa. Selain sebagai nama upacara, Tabuik juga disematkan untuk nama benda yang menjadi komponen penting dalam ritual ini. Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari bambu serta kayu. Bentuknya berupa binatang berbadan kuda, berkepala manusia, yang tegap dan bersayap. Oleh umatIslam, binatang ini disebut Buraq dan dianggap sebagai binatang gaib. Di punggung Tabuik, dibuat sebuah tonggak setinggi sekitar 15 m. Tabuik kemudian dihiasi dengan warna merah dan warna lainnya dan akan di arak nantinya.



Tabuik adalah sebuah benda berbentuk keranda bertingkat tiga yang terbuat dari kayu, rotan, dan bambu. Tabuik merupakan benda utama yang diarak di tepi pantai untuk kemudian dibuang ke laut. Satu Tabuik diangkat oleh para pemikul yang jumlahnya mencapai 40 orang. Di belakang Tabuik, rombongan orang berbusana tradisional yang membawa alat musik perkusi berupa aneka gendang, turut mengisi barisan. Sesekali arak-arakan berhenti dan puluhan orang yang memainkan silat khas Minang mulai beraksi sambil diiringi tetabuhan.Badan Tabuik dibuat berbentuk kuda besar, bersayap lebar, dan berkepala perempuan cantik berambut panjang. Pembuatan tabuik dikerjakan dari tanggal 1 hingga 9 Muharam oleh dua kelompok masyarakat Pariaman yaitu kelompok Pasar dan kelompok Suberang. Tabuik yang dibuat pun dua buah.

Tahapan pembuatan Tabuik dimulai 1 Muharram didahului acara pembukaan di lapangan Merdeka Pariaman yang dihadiri ribuan warga dan para pejabat Pariaman dan Sumbar.Selanjutnya dilaksanakan tradisi “maambiak tanah” (mengambil tanah) dilakukan dua kelompok Tabuik Pasar dan kelompok Subarang. Masing-masing kelompok mengambil tanah pada pada tempat berbeda dan berlawanan arah. Kelompok Tabuik Pasar mengambil tanah di Desa Pauh sedangkan Kelompok Tabuik Subarang di Desa Gelombang.
Prosesi mengambil tanah dipercayakan kepada tokoh berjubah putih, yang melambangkan kejujuran Husain. Tanah diambil dan dimasukan ke dalam “daraga”, kotak yang menyimbolkan kuburan Husain.Tanah itu lalu diarak ke rumah Tabuik Pasar dan rumah Tabuik Subarang diiringi alunan “gandang tasa” yang bertalu-talu.




Dalam perjalanan ke rumah Tabuik kedua kelompok Tabuik berpapasan dan saat bertemu masing-masing kelompok berselisih dan bertempur, yang menggambarkan perang Karbala. Menyertai acara pembukaan pada hari pertama juga digelar Festival Anak Nagari permainan tradisional Pariaman, festival Tabuik Lenong dan diakhir pawai Muharam mengelilingi Kota Pariaman. Malam harinya digelar hiburan musik gambus di Lapangan Merdeka yang dihadiri ribuan penonton.Di hari kedua, pembuatan Tabuik dimulai dengan pembuatan kerangka dasar Tabuik dari bahan kayu, bambu, dan rotan. Malam harinya, digelar kesenian tradisional “Randai”. Hari ketiga pengerjaan kerangka dasar Tabuik dilanjutkan, sedangkan di lapangan digelar kesenian organ tunggal menampilkan penyanyi-penyanyi lokal.Tanggal 4 Muharram selain melanjutkan pembuatan kerangka dasar Tabuik juga mulai dipersiapkan pembuatan kerangka Bouraq dan malam harinya warga Pariaman dihibur dengan film layar tancap di lapangan Merdeka.
 
  1. Tabuik terdiri atas beberapa bagian, yang mana disetiap bagian tersimpan makna tersendiri. Berikut penjelasan serta makna bagian-bagian dari Tabuik:
1. Puncak (mahkota) Tabuik, puncak tabuik ini melambangkan kepemimpinan dan merupakan tempat untuk mendapatkan perlindungan
2. Gomaik yaitu penyangga bawah mahkota tabuik, gomaik ini merupakan cerminan suatu tindakan yang berlandaskan pada kebenaran
3. Pankat Atas (pangkek ateh), yang melambangkan unsur dalam masyarakat yang bersatu sesuai dengan fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.
4. Pangek Bawah yang mencerminkan untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai harus melalui musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan bersama.
5. Bouraq adalah ilustrasi seekor kuda yang memiliki sayap dan berwajah manusia, yang melambangkan arak-arakan membawa peti yang dalam filosofi Minang sebagai Ninik Mamak yang mencerminan kearifan dan kemampuan.




Upacara melabuhkan tabuik ke laut dilakukan pada 10 Muharram dalam kalender islam, untuk setiap tahunnya sejak 1831.  Pada saat matahari terbenam, arak-arakan pun berakhir..kemudian kedua tabuik dibawa ke pantai dan selanjutnya dihanyutkan ke laut. Menurut kepercayaan masyarakat setempat bahwa dibuangnya tabuik ini ke laut, dapat membuang sial. Disamping itu, ritual ini juga diperacaya sebagai waktunya Buraq terbang ke langit dengan membawa segala jenis arak-arakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar