selamat datang di Indonesia, negeri tercantik sejagat raya. lihatlah keindahan, budaya, insan, kuliner, wisata, keunikan dan apa saja tentang Indonesia

Rabu, 22 Juni 2011

Gasing Nusantara

Gasing adalah salah satu bentuk permainan rakyat yang bersifat tradisional yang telah dikenal secara luas di seluruh pelosok Indonesia. Semua daerah yang ada di wilayah kepulauan Indonesia umumnya memiliki permainan ini. Itulah sebabnya, bangsa Indonesia yang masyarakatnya multietnik, terdiri dari berbagai suku bangsa mengenal berbagi jenis permainan gasing (akan diulas satu persatu di postingan yang lain). Daerah asal permainan ini dan penyebarannya secara kronologis di wilayah nusantara belum diketahui secara pasti. Data sejarah berupa naskah-naskah kuno maupun data arkeologi, baik artefak maupun non artefak tentang permainan ini belum ditemukan, hingga sulit untuk mengungkap sejarah dan penyebaran permainan gasing di wilayah Indonesia secara pasti.


Menurut informasi dari orang-orang tua penggemar permainan ini, permainan gasing di wilayah Pulau Tujuh (Natuna) propinsi kepulauan Riau telah ada sejak jaman penjajah Belanda, bahkan jauh sebelum masa itu telah ada. Di wilayah Jawa Barat, permainan ini dikenal sebelum masa kemerdekaan. Sementara di wilayah Sulawesi Utara dikenal sejak tahun 30 an.

Di beberapa daerah Indonesia, permainan ini disebut dengan istilah yang berbeda, seperti permainan Gangsing atau Panggal (Jakarta dan Jawa Barat), permainan Pukang (Lampung) permainan Gasing (Jambi, Bengkulu Tanjungpinang, dan wilayah kepulauan Riau, Gasiang (Sumatra Barat) permainan Begasing (Kalimantan Timur), permainan Megangsing (Bali), permainan Maggasing (Nusatenggara Barat), permainan Apiong (Maluku). Sementara Masyarakat Bolaang Mongondow di daerah Sulawesi Utara misalnya, mereka mengenal gasing dengan sebutan Paki. Masyarakat Bugis di daerah Sulawesi Selatan menyebutnya dengan Maggasing atau Agasing (Makasar). Masyarakat Yogyakarta di Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutnya dengan istilah Gangsingan, dan lain lain.


Permainan ini dapat dimainkan oleh anak-anak, orang dewasa, dan orang tua di pekarangan rumah yang kondisi tanahnya datar dan keras. Dengan cara memutarkan gasing, yaitu alat permainan dari kayu keras berbentuk bulat lonjong, jantung, piring terbang, silinder dan bentuk-bentuk lainnya yang merupakan ciri khas daerah masing-masing dengan bantuan seutas tali. Permainan ini dapat dimainkan secara perorangan atau beregu dengan jumlahnya bervariasi, dimana masing-masing daerah berbeda. Demikian pula dengan jenis, bentuk dan ukuran gasing, jenis bahan baku gasing dan aturan permainan gasing dimasing-masing daerah berbeda.


Secara umum dapat digambarkan bahwa gasing merupakan salah satu alat permainan yang dibuat dari kayu keras dengan bentuk badan bulat, bulat lonjong, jantung, piring terbang (pipih), kerucut, silinder dan bentuk-bentuk lainnya yang merupakan ciri khas kedaerahan dengan ukuran bervariasi, terdiri dari bagian kepala, bagian badan dan bagian kaki / paksi. Bagian-bagian gasing tersebut, disetiap daerah Indonesia bervariasi. Ada gasing yang memiliki kepala dan leher, seperti gasing yang dijumpai di Ambon (Apiong). Sementara gasing Jakarta dan Jawa Barat tidak memiliki leher, melainkan hanya kepala. Demikian pula pada gasing Jakarta dan Jawa Barat, tampak secara jelas paksi (taji) yang dibuat dari paku atau logam, sementara pada gasing Natuna (propinsi kepulauan Riau), paksinya tidak tampak.



Pada umumnya gasing dimainkan dengan cara dan urutan sebagai berikut :
  1. Pertama-tama si pemain memegang gasing tersebut pada tangan kiri.
  2. Kemudian tangan kanan si pemain melilitkan seutas tali pada gasing dimulai dari bagian paksi hingga bagian badan gasing secara kuat. Sementara dibeberapa wilayah Indonesia,lilitan tali dimulai pada bagian kepala gasing hingga bagian badan.
  3. Gasing yang telah dililit tali tersebut, di pindahkan ketangan kanan si pemain, selanjutnya dilempar secara keras kepermukaan tanah yang datar dan
Secara umum gasing yang tersebar di wilayah Indonesia, berdasarkan jenisnya dapat dikelompokkan kedalam gasing adu suara, gasing adu putar, dan gasing adu pukul/adu kekuatan (gasing uri/penahan dan gasing pangkak/pemukul). Diwilayah Jakarta dikenal jenis gasing adu

Keragaman jenis gasing dapat dijumpai pula di wilayah Jawa Barat, meliputi gasing kelangenan (gasing adu suara) dan gasing adu (gasing kolo dan gasing gandek). Sementara di wilayah Tanjungpinang dan sekitarnya (propinsi Kepulauan Riau), dikenal gasing penendin, penahan dan pemangkak. Khusus museum gasing yang terletak di kecamatan Pulau Belakang Padang, Batam hanya dikenal gasing jenis ori (penahan) dan gasing pemangkak atau pengacau. Di wilayah Riau Daratan, dikenal jenis gasing jantung yang khusus diadu dalam pertandingan dan gasing beralik yang hanya dimainkan untuk hiburan atau hanya dipusingkan (diputar) saja. Di Bali dikenal gasing adu kekuatan, terdiri dari gasing penahan (Belek) dan gasing pemukul (gasing Gebug).

Peralatan pendukung untuk memutar gasing adalah tali yang panjang diameter dan bahan bakunya bervariasi pada setiap wilayah Indonesia, tergantung pada sumber daya alam yang tersedia di lingkungannya. Di Tanjungpinang dan wilayah sekitarnya pada umunya tali yang digunakan untuk memutarkan gasing dibuat dari kulit batang pohon Sukak atau kulit pohon Turih Pandan yang dipintal dengan panjang 3 meter untuk gasing penendin dan gasing penahan. Sementara untuk gasing pemangkak digunakan tali sepanjang 1,5 meter. Di Kalianda, Lampung Selatan, digunakan tali dari kulit batang pohon Kerbang (sejenis pohon yang daunnya seperti daun pohon sukun) yang di pintal sepanjang 1,5 meter untuk memutarkan gasing dalam pertandingan. Di Jawa Barat, tali yang digunakan untuk memutar gasing pada umumnya dibuat dari bahan kain yang dipintal sepanjang 1 meter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar