selamat datang di Indonesia, negeri tercantik sejagat raya. lihatlah keindahan, budaya, insan, kuliner, wisata, keunikan dan apa saja tentang Indonesia

Sabtu, 25 Juni 2011

Tradisi Seblang Banyuwangi, Jawa Timur

Tradisi Seblang adalah salah satu adat tradisi bersih desa masyarakat Using Banyuwangi khususnya di Desa Bakungan dan Desa Ulihsari Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Seblang merupakan bagian dari upacara adat yang dimaksudkan dengan penyajian atraksinya yang bersifat sakral namun mengandung unsur seni walaupun Seblang itu sendiri tidak termasuk dalam salah satu jenis kesenian. Acara Seblang dilakukan setahun sekali secara rutin dalam bentuk kegiatan yang mengandung unsur unsur permohonan kepada Sang Pencipta atas kesejahteraan rakyat, keamanan serta ketenangan lingkungan masyarakat berikut permohonan supaya semakin melimpahnya hasil bumi yang digarapnya dan terbebas dari berbagai jenis hama. Tradisi ini masih tetap berlaku dan dilaksanakan sampai saat ini. Dengan penyelanggaraan adat tradisi tersebut dimaksudkan agar rasa kebersamaan, rasa persatuan dan kesatuan di kalangan masyarakat bisa terpupuk dan terjaga.



Di tengah lapangan desa sebagai pusat upacara tampak sebuah tonggak berupa tongkat panjang yang ditempel batang tebu segar. Disisi tonggak tertanam kokoh sebuah Payung Agung. Selain berfungsi sebagai sebagai tempat Pemain Musik, sepertinya juga merupakan ekspresi Yoni, yaitu sentral kegiatan upacara yang bersifat metafisik tersebut.Di sebelah barat, tak kurang 8 (delapan) orang wanita setengah baya yang bertindak sebagai penyanyi (sinden) duduk di sebuah gubuk tak berdinding, siap mengiringi Penari Seblang. Pada gubuk yang beratapkan daun nyiur tersebut, bergelantungan puluhan buah-buahan dan Poro-Bungkil (hasil bumi) yang merupakan simbolis kemakmuran desa.



Bau dupa mulai menyeruak, ketika gadis muda masuk ke lapangan diiringi dengan beberapa dukun Seblang. Dialah penari Seblang terpilih yang di tentukan secara mistis dan menggunakan supranatural oleh dukun setempat. Beberapa hari sebelum Seblang dimulai, biasanya beberapa warga Olehsari akan kesurupan dan menyebutkan satu nama gadis perempuan yang belum aqil balik, dan dia yang akan dipilih sebagai penari Seblang. Biasanya penari adalah keturunan dari penari Seblang sebelumnya. Dengan pakaian khas, wajah gadis itu tertutup omprog (penutup kepala) yang terbuat dari rangkaian daun pisang muda. Seorang wanita muda menyrongkan nampan ke tangan gadis muda itu. Tak lama kemudian setelah asap dupa membungkus tubuh gadis itu, secara tiba-tiba nampan itu terjatuh dan saatnya ritual Seblang dimulai. Diiring dengan gamelan khas Banyuwangi yang terdiri dari sebuah kendang, satu buah kempul atau gong, dua buah saron dan biola sebagai penambah efek musikal, gadis muda itu menari mengitari payung agung diringi 5 pawang yang berusia lanjut, 3 laki-lak dan 2 perempuan. Dalam keadaan trance atau tidak sadar, gadis muda itu menari mengikuti arahan para pawang sambil menggerak-gerakkan selendangnya ke penonton. Sekilas gerakan tarian Seblang tidak beraturan tapi nuansa gaib seakan membuat mataku terpaku. Gending pertama yang dibawakan adalan Seblang Lukinto. . "Seblang yo Lokento sing dadi encakono ..." berulang-ulang dinyanyikan oleh para pesinden dengan antusias penuh riang.

 Perbedaan terjadi saat Gending beralih ke kembang Dirmo. Sang pawang mengeluarkan satu nampan berisi tusukan bunga yan terdiri dari beberapa jenis. Bunga tersebut di asapi dengan asap dupa dan kemudian di jajakan ke penonton dengan harga yang sangat murah. Konon bunga itu akan membawa keberuntungan untuk rejeki dan juga untuk mempermudah mendapatkan jodoh. Dalam hitungan menit, tusukan bunga tersebut amblas diborong oleh para penonton dan salah satunya aku. Atraksi yang cukup membuat aku terpesona adalah 'Ngibing' yang dilakukan pada hari ketiga dan seterusnya dari 7 (tujuh) hari pementasan seblang. Masih dalam keadaan trance, gadis muda diangkat oleh pawang ke atas sebuah meja sehingga semua penonton dapat melihatnya. Sambil menari, gadis tersebut melemarkan selendang kea rah penonton. Dan siapapun yang terkena lemparan selendangitu diwajibkan ikut naik ke atas meja menari bersama gadis muda yang masih dalam keadaan trance. Stelag selesai, selendang tersebut kembali dilemparkan ke penontong dan itu dilakukan berulang-ulang. Interaksi antara Seblang dengan penonton secara langsung memberikan sebuah energi yang berbeda.


Gending Condro Dewi di kumandangkan. Adegan ini merupakan puncak orgasme tarian Seblang, setelah menari sekian lama kemudian gadis muda tersebut terkulai dan pingsan. Namun setelah para sinden menyanyikan gending “Erang-erang” yang terdengar sangat sendu, secara perlahan membangkitkan kembali sang Seblang di bantu dengan bantuan para pawang. Konon, saat ini adalah saat yang tersulit, pasalnya jika pawang tidak berhasil menyadarkan sang Seblang, maka nyawa yang akan menjadi taruhannya.




Tidak ada penjelasan yang tepat sejak kapan Seblang muncul di Banyuwangi. Namun masyarakat Banyuwangi menyakini jika penari Seblang pertama adalah Semi yang juga menjadi pelopor Gandrung perempuan pertama di Banyuwangi. Ia meninggal tahun 1973. Saat itu Semi kecil sakit parah, dan saat sembuh, ibunya, Mak Midah bernadzar akan me-seblang- kan Semi. Saat dewasa Semi pun menjadi Gandrung perempuan pertama di Banyuwangi. Upacara Seblang biasa dilakukan di pedesaan, konon pada abad ke XVI pernah dipindahkan ke istana oleh seorang bangsawan Blambangan yang bernama LUKINTO. Tetapi Seblang yang dilakukan di Pendopo Kadipaten dan dikenal orang dengan nama "Seblang Lukinto" itu kini telah musnah. Namun hasil dari penelitian bahwa, sejarah tari Seblang didesa Olehsari berawal dari kebudayaan Pra-Hindu yaitu sejak masa pemerintahan Sri Gunapriya Rajapatri (929-943 M) keturunan Empu Sindok dari Jawa Timur dan pernah memerintah Bali bersama suaminya Undayana. Tari seblang yang merupakan bentuk budaya tradisional yang tidak dapat dipisahkan dari ciri khas kehidupan masyarakat Banyuwangi, khususnya masyarakat desa Olehsari. Hal ini terlihat ritual keyakinan masyarakat juga menggambarkan perpaduan antara ritual Hindu dengan ritual Islam, dan sebagai salah satu bukti pelaksanaan tradisi yang secara turun-temurun apabila ritual tari Sseblang tidak diadakan akan ada sangsi moral dari perasaan hukum masyarakat sehingga masyarakat tetap melaksanakan dan melestarikan tari Seblang sebagai ketentuan para roh leluhur. Sekitar tahun 1960-an, ritual Seblang sempat ditinggalkan warga karena alasan politis dan keamanan. Keanehan pun muncul. Mendadak sejumlah warga kesurupan tanpa alasan yang jelas. Setelah dilakukan upacara, mereka yang kesurupan meminta ritual Seblang. Sejak saat itu tradisi Seblang terus dilestarikan hingga sekarang.



Selain berkaitan dengan hal-hal mistis, tari Seblang juga merupakan bentuk pemujaan pada Dewi Sri yang dikenal sebagai dewi padi, dewi kesuburan. Hal ini terlihat dari palawija dan hasil bumi yang digantung di lokasi tari Seblang. Sebagai acara bersih desa, diperaya jika Seblang dapat memberikan kemakmuran bagi masyarakat Oleh sri yang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Tari Seblang pun, melambangkan kesuburan dengan simbol mahkota yang dipakai oleh sang penari yang dihias dengan kembang aneka warna yang melambangkan kesuburan. Satu kesimpulan yang bisa ditarik dari sini adalah betapa wanita merupakan sosok penting dalam mitos kesuburan, baik kesuburan tanaman maupun kesuburan reproduksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar