selamat datang di Indonesia, negeri tercantik sejagat raya. lihatlah keindahan, budaya, insan, kuliner, wisata, keunikan dan apa saja tentang Indonesia

Sabtu, 13 Agustus 2011

Tradisi Meriam Karbit Kapuas, Kalimantan Barat

Tradisi Meriam Karbit biasanya diselenggarakan pada bulan Puasa (Ramadhan) menjelang Hari Raya Idul Fitri dimana masyarakat yang berada di sisi Sungai Kapuas saling berhadapan dan membunyikan meriam karbit yang saling bersahutan. Perayaan ini dijadikan Festival Meriam Karbit kemudian dilanjutkan dengan Festival Keriang Bandong. Tradisi ini merupakan tradisi dan budaya masyarakat tepian sungai Kapuas secara turun-menurun yang dimainkan oleh anak-anak dan orang dewasa.

Tradisi meriam karbit  ini terkait dengan sejarah berdirinya Kota Pontianak. Pada abad 17 Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie akan membuka kota Pontianak, Syahdan rombongan yang sedang menyusuri Sungai Kapuas kerap  mendapat gangguan dari Kuntilanak.Guna menyinggkirkan gangguan makhluk halus tersebut, Sultan perintahkan awak kapal menembakkan meriam. Sebelum peluru meriam dimuntahkan, beliau bernazar “di mana peluru meriam jatuh, di situlah akan didirikan kesultanan”. Ikrar itu dilaksanakan. Nama Pontianak pun diambil dari nama hantu kuntilanak yang sering mengganggu Sultan Syarif. Dari kejadian mengusir gangguan itu di zaman kesultanan akhirnya meriam karbit menjadi sering digunakan, namun beralih fungsi sebagai penanda saat berbuka puasa di bulan Ramadhan. Meriam dibunyikan saat memasuki azan magrib yang tujuannya untuk memberitahukan masyarakat Pontianak bahwa waktu maghrib tiba.



Kegiatan membunyikan Meriam Karbit ini pun di kota Pontianak kemudian dilestarikan secara turun-temurun. Namun, bukan untuk mengusir hantu melainkan untuk perayaan hari-hari besar, seperti Ramadhan, Lebaran, dan Tahun Baru. Saat ini tradisi meriam karbit dimainkan mulai jelang Lebaran dengan puncaknya malam takbiran hingga tiga hari setelah Lebaran, selepas senja hingga hampir tengah malam.

Setiap kelompok biasanya memiliki lima meriam, namun ada beberapa yang memiliki sampai belasan meriam. Kebanyakan lokasi meriam ditempatkan di tepian Sungai Kapuas di sekitar Jembatan Kapuas dengan kedudukan yang saling berhadapan, namun terbatasi bentang sungai yang lebarnya sekitar 600 meter itu. Mereka berjejer di masing-masing tepi sungai yang berhadapan, seakan siap-siap berperang. Dentuman yang bersahut-sahutan itu mengundang daya tarik masyarakat Kota Pontianak, bahkan wisatawan dari luar Kalbar menontonnya.Dentuman meriam karbit ini sangat keras, dapat terdengar dari radius tiga hingga lima kilometer.



Bagi Kota Pontianak tradisi ini mengangkat nama daerah. Untuk mengembangkan kebudayaan ini, Pemda Kota Pontianak berkomitmen akan terus melestarikannya, salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah dengan menggelar Festival meriam karbit setiap tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar