selamat datang di Indonesia, negeri tercantik sejagat raya. lihatlah keindahan, budaya, insan, kuliner, wisata, keunikan dan apa saja tentang Indonesia

Senin, 30 Mei 2011

Bagong Kusudiarjo (1928-2004)

Sosok Bagong Kusudihardjo yang lahir 9 Oktober 1928 dan meninggal 15 Juni 2004 adalah sosok yang senantiasa menginginkan adanya perubahan dan perkembangan. Tetapi pada kenyataan yang ada, semuanya itu telah mengungkung kreatifitas banyak orang, hal itulah yang menimbulkan rasa ketidakpuasan pada diri Bagong Kusudihardjo. Menurutnya bahwa tradisi dipandang sebagai suatu "kamar sumpek", yang memberi sekat-sekat dalam kreatifitas seseorang, ia sebagai penari dan penata tari menjadi gelisah oleh keadaan itu. Bagong dihinggapi dua bentuk kegelisahan, pertama, kegelisahan yang mendorongnya menciptakan inovasi tari dengan menawar kembali pada tradisi; sedangkan yang kedua adalah keinginan mendapatkan rasa aman , sebab karya tarinya harus memiliki akar budaya. Bagong ahkirnya mengambil jalan tengah, ia mengadakan pembaharuan tari dengan bertitik tolak tari Jawa yang diramu dengan berbagai kesenian yang ada dalam kebudayaan Indonesia dan bahkan kebudayaan manca negara.
Kegelisahan Bagong itu dituangkan dalam suatu kreasi pembaharuan tari pada pertengahan tahun1950, dan meledaklah tari kreasi baru ciptaan Bagong yang diberi judul "layang-layang". Karya awalnya ini menurut pengamat tari Prof. Dr. Soedarsono, mengacu pada rasa gerak dan rasa musikal jawa. Karya "layang-layang" yang dibawakan hanya oleh satu orang penari saja yang hanya diiringi oleh satu penggendang telah mengangkat nama Bagong Kusudihardjo di jagad tari di Yogyakarta. Tetapi ironisnya bukan untuk dipuji tapi hanya untuk dicaci. Ia dinilai kembali ke tari primitif, Bagong dianggap telah merusak tari. Banyak pengamat tari yang menilai bahwa tari kreasinya tidak menawarkan sesuatu yang baru. Cacian itu muncul karena hanya dengan menggunakan dasar penglihatan dan pengamatan yang tidak mendalam pada hasil kreasi tarian Bagong tersebut. Tapi ahkirnya banyak pengamat tari yang menerima tawaran tari hasil kreasi Bagong tersebut. Bahkan pengamat tari Djaduk Djayakusuma (almarhum) mengatakan bahwa tari kreasi Bagong setelah diamati dengan seksama ternyata merupakan suatu eksperimen yang sangat serius, ia ahkirnya suka. Dukungan dari para tokoh tari semakin berdatangan kepada Bagong, bahkan dari panutannya yaitu Ki Hadjar Dewantara yang ia anggap sebagai pamong baginya. Dukungan tersebut bagi Bagong merupakan angin segar yang ikut mendorong semangat penciptaannya.
Untuk memperdalam ilmunya dia pergi ke Amerika Serikat untuk belajar di School of The Dance Connection Colege, Jacob's Fellow Dance Festival pimpinan Martha Graham, telah memperkaya wawasan tarinya. Bagong-pun makin mantap dan matang dalam dunianya. Bagong dalam proses belajarnya hanya mengambil konsep dari tari modern, sedangkan dalam hal materi, rasa gerak dan rasa musikal Bagong menggali sendiri dari kekayaan budaya di bumi kita ini. Perpaduan antara konsep modern dan materi daari kekayaan budaya Indonesia telah melahirkan banyak tarian yang diilhami cita rasa gerak dan musikal tari dari berbagai kantung budaya daerah Indonesia. Tidak mengherankan jika tokoh pembaharu tari Sardono W Kusuma menyebut bahwa Bagong sebagai salah seorang perintis tari Indonesia. Sebab ia sebagai orang Jawa telah dengan sadar mengacu ke lingkungan budaya yang lebih besar, yaitu budaya Indonesia.
Bagong telah memulai perintisan tari dengan menguak tabir tradisi Jawa melalui penciptaan idiom-idiom gerak baru yang lebih mudah menembus perasaan, lebih langsung menyampaikan ekspresi, dengan mengurai kadar kontemplatif yang terdapat pada pangkal bertolaknya, yaitu tari Jawa. Dengan demikian tarian-tarian karya Bagong dapat diterima secara universal. Menurut beliau bahwa dalam berkesenian dia persembahkan untuk Tuhan, untuk sesama dan untuk kepentingan diri sendiri. Landasan dalam berkarya menurutnya adalah ngadep (menghadap Tuhan, sesama, alam dan diri sendiri), manteb (mantap dalam memilih pilihan hidup), ngerti (tahu), dan karep (kemauan batin, pikir dan fisik), dan kesemuanya itu diwujudkan dengan bukti karya-karyanya.
Guna membuktikan karya-karyanya ia mendirikan suatu pusat pendidikan tari yaitu Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja (1958) dan Padepokan Seni Bagong Kussudihardja (1978). Dengan demikian gairah Bagong dalam menciptakan tari senantiasa dapat terpelihara dalam suasana kreatif yang tercipta dalam padepokan tersebut. Hal ini ia lakukan karena beliau sangat sadar perlunya menumbuhkan generasi muda penata tari dari seluruh Indonesia. Hasil dari padepokannya telah menyumbang penata tari-penata tari yang tersebar diseluruh penjuru Indonesia bahkan sudah sampai kawasan Asia Tenggara.
Penata tari muda yang telah berani melakukan perubahan-perubahan dan menjadikan suatu perkembangan kreatifitas yang luar biasa dalam dunia tari oleh Bagong dipahami sebagai sesuatu yang wajar dan harus terjadi dimana-mana dan kapan saja. Kegelisahan penata tari muda harus disalurkan jangan dibungkam. Inilah sikap terbuka dari Bagong dalam mengikuti perkembangan dunia tari dewasa ini, dan sikap ini justru merupakan sebuah monumen kultural bagi Bagong, yang dia wujudkan lewat karya-karyanya maupun lewat padepokannya.
Bagong masih seperti "Bagong" dalam pewayangan yang memiliki tipologi karakter nakal, kreatif, oposan dan selalu berbeda dengan yang lain dalam menghadirkan sesuatu. Dia akan selalu menawar apa yang menjadi kemauan yang datang dari pihak otoritas, dan tidak menerima begitu saja. Keberanian Bagong yang selalu menampilkan yang beda sampai sekarang ini tersebut justru membawa dia dihormati, disegani dan dihargai baik itu oleh temannya maupun "lawannya".

1 komentar:

  1. smg seniman muda lbh kreatif n terinpirasi oleh karya2 almarhum...

    BalasHapus