Atraksi adu domba Garut merupakan atraksi wisata yang biasa kita saksikan pada acara tertentu khususnya pada bulan Juni, Agustus dan Desember di Desa Ngamplang, Cangkuang dan Ranca Bango Kabupaten Garut. Acara pertarungan domba Garut biasanya diiringi dengan berbagai atraksi musik kesenian tradisional yang menggunakan sound system besar dan dihadiri oleh masyarakat pecinta ketangkasan adu domba Garut dari berbagai lapisan masyarakat dan penjuru daerah di luar Garut.
Menurut cerita, sejarah domba Garut berawal dari masa pemerintahan Bupati Suryakanta Legawa sekitar tahun 1815-1829, beliau sering berkunjung ke teman satu perguruannya bernama Haji Saleh yang mempunyai banyak domba. Salah satu domba yang dipunyainya (si Lenjang) diminta oleh bupati untuk dikawinkan dengan domba yang ada di Pendopo kabupten yang bernama si Dewa. Si Toblo, yang merupakan anak dari si Dewa dan si Lenjang beranak-pinak dan menghasilkan keturunan domba Garut sampai saat sekarang.
Seperti halnya pertandingan tinju, ajang ini juga dilengkapi oleh juri penilai, wasit dan pelatih domba yang ikut menari jaipongan setiap kali dombanya beraksi. Biasanya setiap pertandingan dibagi ke dalam dua ronde, dan masing-masing ronde terdiri dari sepuluh kali tumbukan kepala. Adu ketangkasan ini juga dibagi ke dalam kelas-kelas yang berbeda berdasarkan bobot domba petarung. Ajang adu domba juga sering kali diselingi oleh atraksi pencak silat, juga musik tradisional. Ini menjadikan kegiatan sangat meriah dan menarik. Sayangnya peomosi yang masih bersifat internal di kalangan penggemar domba, menjadikan atraksi yang memiliki nilai wisata ini belum bisa menarik wisatawan asing dan mendatangkan devisa bagi daerah.
Pada intinya adu domba ialah ajang pamer ketangkasan hewan ternak yang pada akhirnya akan menaikan gengsi suatu perkumpulan ternak tertentu. Para pesertanya ialah peternak-peternak domba yang tersebar hampir di seluruh jawa barat, terutama daerah garut, sumedang, bandung, majalengka dan lainya. Event adu domba dilaksanakan setiap tahun dengan sistim kompetisi, hampir setiap bulan kegiatan ini dilaksanakan bergilir di daerah-daerah. Setiap event adu domba selalu dipadati oleh penonton. Kegiatan ini juga memiliki gengsi yang cukup tinggi karena banyak tokoh-tokoh sunda yang juga merupakan penggemar sekaligus pemiliknya.Hadiah yang diperebutkan juga tidak sembarangan, sebuah mobil atau motor adalah hal yang sudah biasa. Ini tidaklah mengherankan karena harga seekor domba adu bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Domba Garut mempunyai karakteristik yang khas dari domba-domba yang ada di daerah luar Garut . Fisik yang kekar dengan berat sekitar 60-80 Kg, tanduk baplang, warna bulu kebanyakan putih dan telinga ngagiri,. menjadi salah satu cirri dominan dari domba-domba yang ada. Perkembangan selanjutnya dari pemeliharaan domba garut mengarah pada dua sasaran utama, yaitu sebagai penghasil daging dan untuk kesenangan atau hobi.
Sebagian masyarakat berpendapat bahwa adu domba adalah kejam, tetapi sebetulnya kita sudah berusaha membuat peraturan yang menjauhkan kita dari yang disebut penyiksaan binatang. Hal ini sangat berbeda dari jaman dahulu, dimana adu domba tersebut harus dilakukan sampai salah satu domba ada yang kalah. Sebagai contoh dari pembaruan peraturan tersebut dalam adu domba, kita hanya memperbolehkan maksimal sebanyak 25 pukulan (bagi kelas A). Domba kelas A adalah domba dengan berat badan lebih dari 80 Kg (Kilograms), atau kira-kira 175 Lbs (Pounds). Domba Garut sangat populer di Jawa Barat, oleh sebab itu maka hampir seluruh penggemar / petani domba memilih untuk beternak domba Garut. Kita dapat mendapatkan domba Garut di beberapa lokasi, seperti Garut, Bayongbong, Cibuluh, Cikajang, Cilawu, Leles, Kadungora, Majalaya, Patrol, Sumedang, Tasikmalaya, Sukabumi,
Cianjur, Bandung, Lembang, dan lokasi lainnya.
Cianjur, Bandung, Lembang, dan lokasi lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar