Desa Pampang berdiri sekitar tahun 1973, dari perpindahan penduduk Desa Long Liis, Apokayan, Kabupaten Bulungan yaitu Jawi Ngau, Petingai, Taman Bulan, Taman Juli, Taman Ana, Palejo, Bit Imang. Masing-masing membawa lima orang anggota, sehingga keseluruhan berjumlah 35 orang dari daerah asalnya mereka berjalan kaki menyusuri daerah Mahakam, kemudian singgah pada suatu daerah untuk bertani dan berpindah lagi hingga mencapai Desa pampang yang selanjutnya mereka anggap cocok untuk tempat bertani.
Pampang, sebuah kampung yang didiami oleh Dayak Kenyah, telah dideklarasikan sebagai “Desa Budaya” pertama di Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 2007. Pampang dalam bahasa Indonesia artinya “perluasan”, sebagian besar dihuni oleh masyarakat yang dikenal sebagai Dayak Kenyah, yang merupakan kelompok suku Dayak terbesar di Kalimantan. Kawasan Pampang, sekitar 20 km dari kota Samarinda merupakan kawasan wisata budaya yang menarik untuk menyaksikan kehidupan suku Dayak Kenyah. Desa ini bukan desa buatan untuk wisatawan, tetapi sungguh dihuni masyarakat Dayak, terutama masyarakat Dayak Kenyah, karena tidak kurang dari 300 keluarga tinggal di desa yang luasnya lebih dari 600 hektar. Obyek wisata budaya ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor melalui jalan poros Samarinda-Bontang. Kampung budaya ini terletak 5 km dari jalan poros dan jalan menuju kampung budaya ini sementara diperlebar.
Daya tarik yang dapat disaksikan adalah Lamin atau rumah adat suku Dayak serta tarian dan upacara adat Dayak Kenyah. Setiap hari Minggu ada acara budaya yang dapat disaksikan oleh para pengunjung, acara dimulai jam 14.00 siang sampai selesai. Tidak kurang dari enam tarian ditampilkan setiap pekan yang diiringi dengan musik atau sejenis gitar khas masyarakat Dayak. Tarian Nilamasakai akan ditampilkan sebagai penyambutan dan kegembiaraan masyarakat menyambut tamu.
Setelah menyaksikan pertunjukan, penonoton dapat berfoto dengan penari ataupun dengan orang Dayak yang berkuping panjang. Sekali foto, mengeluarkan uang sebanyak Rp. 25.000, atau hanya membayar Rp. 15.000 dengan menyewa pakaian adat untuk berfoto. Memasuki suasana perkampungan masyarakat Dayak, terasa sekali keramahan penduduknya, saat berpapasan senantiasa terlontar senyuman serta sapaan penuh kekeluargaan. Meski pakaian yang dikenakan tak jauh berbeda dengan masyarakat pada umumnya, tetap ada kekhasan, baik dalam topi, gelang, kalung, maupun aksesori lain. Karena itu, jika berkunjung ke kota Samarinda, luangkan waktu untuk dapat mengunjungi Desa Budaya Pampang ini, maka akan dapat ditemui budaya, kesenian dan barang-barang serta pakaian khas dari suku Dayak di sana.
Berada jauh dari tanah leluhur bukan berarti melupakan semua adat istiadatnya. Hingga saat ini, masyarakat Desa Pampang masih tetap taat memegang dan menjalankan tradisi leluhur. Setiap tahun masyarakat Dayak Kenyah di Pampang selalu melaksanakan Upacara Pelas Tahun atau upacara ucapan syukur kepada pencipta atas hasil panen yang baik. Upacara Junan yang sudah berumur ratusan tahun pun masih setia dihelat. Junan adalah ritual mengambil gula dari batang tebu dengan cara diperas memakai kayu ulin. Jika Anda beruntung datang di saat yang tepat, Anda dapat menyaksikan upacara tersebut.
Bagi Anda yang hanya memiliki waktu singkat untuk melihat kesenian dan kebudayaan Dayak, maka Anda disarankan untuk mengunjungi Desa Budaya Pampang pada hari Minggu sore. Setiap Minggu, masyarakat Dayak Kenyah penghuni Desa Pampang selalu menggelar pertunjukan budaya. Ada berbagai macam tarian dan atraksi yang dipentaskan, antara lain Kancet Lasan, Kancet Punan, Kancet Nyelama Sakai, Enggang Terbang, Manyam Tali, dan masih banyak lagi. Pertunjukan seni budaya ini selalu dilaksanakan di bangunan Lamin Adat (rumah adat suku Dayak) yang terletak tepat di tengah Desa Pampang. Bangunan Lamin yang megah dan penuh dengan ukir-ukiran khas Dayak menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang berkunjung. Biasanya Lamin ini menjadi tempat favorit wisatawan untuk mengambil foto.
Setelah menyaksikan pertunjukan, penonoton dapat berfoto dengan penari ataupun dengan orang Dayak yang berkuping panjang. Sekali foto, mengeluarkan uang sebanyak Rp. 25.000, atau hanya membayar Rp. 15.000 dengan menyewa pakaian adat untuk berfoto. Memasuki suasana perkampungan masyarakat Dayak, terasa sekali keramahan penduduknya, saat berpapasan senantiasa terlontar senyuman serta sapaan penuh kekeluargaan. Meski pakaian yang dikenakan tak jauh berbeda dengan masyarakat pada umumnya, tetap ada kekhasan, baik dalam topi, gelang, kalung, maupun aksesori lain. Karena itu, jika berkunjung ke kota Samarinda, luangkan waktu untuk dapat mengunjungi Desa Budaya Pampang ini, maka akan dapat ditemui budaya, kesenian dan barang-barang serta pakaian khas dari suku Dayak di sana. Sebagai salah satu obyek wisata unggulan yang ada di Samarinda, kawasan ini sudah memiliki nama yang cukup terkenal dan ramai dikunjungi wisatawan utamanya pada hari Minggu. Hal ini dikarenakan tiap hari Minggu sore, masyarakat Dayak kenyah yang tinggal di Desa Budaya Pampang mengadakan pertunjukan kesenian tradisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar