Dalam menyambut bulan Ramadhan (Puasa) berbagai kegiatan muncul di berbagai daerah. Misalnya di daerah Semarang ada tradisi yang bernama Dugderan, di Kudus ada tradisi Dandangan, dan masih banyak lagi tradisi-tradisi unik yang muncul. Padusan sendiri memilki makna mandi untuk menyucikan diri dari segala dosa yang telah diperbuat sebelum memasuki bulan Ramadhan. Banyak dari masyarakat yang berbondong datang ketempat pemandian untuk melakukan padusan dan biasanya dilakukan satu hari sebelum bulan suci Ramadhan.
Jadi padusan adalah kegiatan mandi dengan maksud untuk menyucikan diri dari hadas kecil maupun besar, agar dapat menjalankan ibadah di bulan Ramadhan dalam keadaan suci lahir dan bathin. Hal tersebut bertujuan agar ibadah yang dilakukan dapat terkondisi dengan baik Padusan dilakukan dengan mandi keramas / mandi besar / mandi wajib. Kegiatan itu biasa dilakukan dirumah atau ditempat-tempat sumber air, dengan menggunakan air suci yang menyucikan. Namun banyak juga yang melakukan padusan ditempat-tempat pemandian umum.
Di beberapa tempat, padusan memang masih menyimpan kesakralannya. Namun di sejumlah tempat lain, terutama di daerah perkotaan, ritual padusan menjadi komoditi pariwisata. Masyarakat lupa bahwa padusan bukan sekadar mandi dan keramas menjelang puasa. Namun lebih kepada pembersihan raga dan jiwa sehingga benar-benar bersih, suci dan siap untuk berpuasa.
Tradisi padusan kini sudah kehilangan ruhnya. Apalagi belakangan ini ritual padusan mulai dijual demi kepentingan pariwisata. Bahkan banyak tempat-tempat padusan yang dilengkapi dengan panggung dangdut. Nilai sakral mulai ditinggalkan, tetapi lebih mengejar pada jumlah pengunjung. Semakin banyak orang datang, maka semakin banyak pula tiket yang terjual. Di kolam, pantai, atau wisata peariran lain, warga berbaur seperti tak bersekat. Mereka datang untuk sekadar mandi, berbasah-basah, sementara yang lain memanfaatkan untuk cuci mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar