Badik adalah senjata tradisional Makassar, Bugis dan Mandar di Sulawesi Selatan yang berukuran pendek. Senjata ini dikenal pula di daerah Patani, Thailand Selatan, dengan sebutan badek. Bentuknya serupa dengan badik Bugis, sehingga diduga badek Patani ini berasal dari Bugis. Hal ini didasarkan pada tradisi merantau orang Bugis yang diwariskan secara turun temurun. Dengan tradisi itu mereka selalu berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain yang ada di kepulauan nusantara, di antaranya Patani di Thailand Selatan. Perpindahan tersebut berimplikasi pada proses akulturasi budaya yang ditandai dengan persebaran artefak-artefak, di antaranya badik. Akhirnya badik dikenal juga di daerah Patani dengan sebutan badek seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Jenis-Jenis Badik yang berasal dari Makassar, Bugis, atau Patani masing-masing memiliki bentuk dan sebutan yang berbeda yang menunjukkan perbedaan jenis badik di setiap daerah tersebut. Di Makassar, badik dikenal dengan nama badik sari yang memiliki kale (bilah) yang pipih, batang (perut) buncit dan tajam serta cappa’ (ujung) yang runcing. Badik sari ini terdiri dari bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan banoang (sarung badik). Sementara itu, badik Bugis disebut kawali, seperti kawali raja (Bone) dan kawali rangkong (Luwu). Kawali Bone terdiri dari bessi (bilah) yang pipih, bagian ujung agak melebar serta runcing. Sedangkan kawali Luwu terdiri dari bessi yang pipih dan berbentuk lurus. Kawali memiliki bagian-bagian: pangulu (ulu), bessi (bilah) dan wanoa (sarung). Badek Patani terbuat dari bahan besi, baja dan pamor. Panjang bilahnya antara 20-23 cm, belum termasuk ulunya. Senjata ini diberi sarung (warangka) kayu lunak sederhana yang dilapisi lempengan emas atau perak, begitu juga dengan ulunya.
Bahkan ada pula ulu senjata ini yang dihiasi dengan permata. Perbedaan jenis badek Patani dengan badik Makassar atau Bugis adalah, badek Patani lebih banyak kandungan bajanya dan agak kurang bahan pamornya. Selain itu, bilah badek Patani lebih tebal dibandingkan dengan jenis badik yang ada di Sulawesi. Dalam masyarakat Sulawesi bagian Selatan dan Tenggara dikenal dua jenis badik: badik saroso dan badik pateha. Badik saroso dibuat dengan bahan pamor, diberi kayu berukir serta sarung yang berlapis perak; sementara badik pateha dibuat dengan bentuk yang sederhana, terkadang tidak berpamor dan sarungnya terbuat dari kulit atau kayu biasa.
Pada umumnya, badik digunakan untuk membela diri dalam mempertahankan harga diri seseorang atau keluarga. Hal ini didasarkan pada budaya sirri’ dengan makna untuk mempertahankan martabat suatu keluarga. Konsep sirri ini sudah menyatu dalam tingkah laku, sistem sosial budaya dan cara berpikir masyarakat Bugis, Makassar dan Mandar di Sulawesi Selatan. Selain itu, ada pula badik yang berfungsi sebagai benda pusaka, seperti badik saroso, yang memiliki nilai sejarah. Ada juga sebagian orang yang meyakini bahwa badik berguna sebagai azimat yang berpengaruh pada nilai baik dan buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar