selamat datang di Indonesia, negeri tercantik sejagat raya. lihatlah keindahan, budaya, insan, kuliner, wisata, keunikan dan apa saja tentang Indonesia

Minggu, 25 September 2011

Upacara Adat Rebo Kasan Di Pulau Bangka

Upacara Adat Rebo Kasan merupakan  salah satu ritual  adat masyarakat Melayu pesisir pantai di Pulau Bangka yang akulturasi dari  nilai-nilai religius, mitos, dan legenda nenek moyang. Inti Upacara Rebo Kasan  adalah Ritual Tolak Bala (musibah) sekaligus harapan  para nelayan agar hasil tangkapannya melimpah. Masyarakat percaya bahwa  pada hari Rabu di akhir bulan Shafar, Tuhan menurunkan bencana sejak  terbit fajar hingga terbenam matahari sebanyak 32.000 bencana baik besar maupun  kecil. Sehingga pada hari itu, manusia dianjurkan untuk melakukan doa bersama  yang kemudian dilanjutkan dengan pencabutan ketupat lepas, sebagai tanda  sudah dicabutnya bencana yang akan menimpa. Ritual biasanya dilakukan di Pantai Batu Karang Mas, tak jauh dari desa Air Anyir, kecamatan Merawang, tapi entah apa sebab musabab nya, sekarang berpindah ke Masjid Baitul Imam, masih di desa yang  sama.



Ritual yang telah berlangsung lama ini menjadi kebiasaan dan adat istiadat. Upacara ritual ini terkenal dengan nama Rebo Kasan. Hampir sebagian masyarakat Melayu yang tinggal di pesisir Bangka Belitung merayakan Rebo Kasan, salah satunya masyarakat Desa Air Anyir Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka. Untuk kegiatan Rebo Kasan Desa Air Anyir meliputi doa bersama, penarikan ketupat lepas dan pesta pantai yang digelar di kawasan Pantai Mas Air Anyir. Seperti kita ketahui bersama, Rebo Kasan merupakan tradisi turun temurun masyarakat Bangka.

Rebo Kasan berasal dari kata Rebo Kasat. Yang berarti hari Rabu terakhir di Bulan Shafar. Di mana menurut keterangan turun temurun para ulama, pada hari tersebut, Allah akan menurunkan bala yang besar dari terbitnya fajar hingga siang tengah hari. Jadi kebanyakan masyarakat melayu yang menjalani ritual ini jika hendak bepergian atau melakukan suatu niatan besar selalu diusahakan melewati jam 2 menjelang sore hari. Dalam proses  ritual masih dibacakan mantra-mantra dan dilanjutkan dengan pembacaan doa-doa  Islam. Yang unik dari tradisi ini adalah seluruh peserta rata-rata berpakaian serba putih, terkecuali tokoh agama Islam yang menambahnya dengan memakai sorban, dan juga aparat pemerintahan mengenakan seragam dinas nya.

 Pelaksanaan upacara biasanya diadakan dari ujung batas kampung dengan membawa makanan atau bubur merah putih disertai dengan ketupat tolak bala dan air wafaq. Ketupat tolak bala ini unik, karena anyaman janur nya akan bisa terlepas menjadi dua helai seperti sebelum di jalin, apabila ujung dan pangkal anyaman ditarik dalam satu tarikan. Seiring perkembangan zaman, proses upacara ini  mengalami perubahan dalam pelaksanaannya. Pada awalnya, dua helai daun kelapa  yang dicabut dari ketupat itu dihanyutkan ke laut yang bermakna bahwa bencana  yang disimbolkan dengan dua helai daun kelapa telah dibuang ke laut. Sekarang,  pencabutan tersebut sudah menandakan tercabutnya bencana dari kehidupan  masyarakat.

Uniknya lagi, ketupat untuk ritual.  Setelah jalinan ketupat tersebut ditarik oleh salah seorang tetua adat, maka diartikan semua bala tertarik dari dunia. Masyarakat yang ikut juga ikut menarik atau melepaskan anyaman ketupat tolak bala mereka masing masing sambil menyebut nama keluarga. Menarik anyaman itu harus berdua. Tentu disambi dengan pembacaan doa tolak bala. Kemudian daun janur yang sudah tertarik dan lepas anyaman nya tersebut dikumpulkan, kemudian diarak ke pantai Batu Mas Air Anyir untuk di buang sebagai pertanda bala sudah dilepaskan dan dibuang. Selanjutnya barulah proses untuk air wafaq. Air diambil dari sumur dan ditampung kedalam dua buah kendi besar. Kemudian dengan sehelai kertas putih yang bertuliskan ayat alquran dicelupkan kedalam kendi, kemudian di doakan oleh tetua adat. Oleh tetua adat, sehelai kertas putih yang sudah ditulisi berbagai ayat al Qur`an itu dicelupkan kedalam air dan selanjutnya didoakan. Air kemudian dibagikan kepada masyarakat.

Prosesi selanjutnya kembali ke masjid dan makan bersama, makanan juga adalah hasil gotong royong masyarakat setempat yang menyediakan. Ada ketupat, lepet, buah-buahan dan berbagai macam lauk pauk. Biasanya warga masyarakat yang ikut akan membawa masing masing satu dulang (baki/nampan)tergantung kemampuan ekonomi nya. Setelah itu dilakukan ritual terakhir yakni prosesi ketupat lepas. Ketupat lepas merupakan satu budaya yang melambangkan kebersamaan dan silahturahmi. Untuk  melihat ritual unik di Desa Air Anyir Merawang ini, pengunjung bisa menggunakan angkutan umum, tetapi angkutan ini tidak bisa menjangkau lokasi, sehingga pengunjung lebih baik menggunakan kendaraan  pribadi dengan waktu tempuh sekitar satu jam. Pengunjung juga bisa memanfaatkan jasa ojek motor dari Merawang, tetapi pengunjung akan mengalami kesulitan ketika  akan pulang (atau balik) ke Merawang dan Kabupaten Bangka. Setelah prosesi ritual, pengunjung dapat menikmati hiburan musik tradisional, dangdut, dan pop, yang dipusatkan di tepi pantai. Pengunjung pun dimanjakan dengan puluhan pedagang dadakan yang menjual berbagai barang kerajinan dan makanan. Di sekitar lokasi ini tidak terdapat penginapan atau hotel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar